Senin, 30 Oktober 2017

Qosidah di The Voice Kids Indonesia

Suara indah adalah dambaan banyak orang untuk dimiliki.  Berbagai ajang kompetisi banyak bertujuan untuk mencari bakat ini.

Salah satu adalah The Voice Kids Indonesia,  acara mencari suara indah ini menjadi salah satu ajang yang sangat bergengsi,  juri yang mengomentari juga dari artis papan atas,  Agnes Monica,  Muhammad Tulus,  Bebi Romeo. Acara ini bertujuan untuk mencari orang yang memiliki bakat di bidang penyanyi dari umur 9-15 tahun.

Mungkin hampir semua mengetahui acara yang menjadi trend pada zaman sekarang.
Seperti yang sedang diketahui akhir akhir ini,  acara ini menempati trending topic di You Tube karena penampilan salah satu peserta yang membuat viral di media masaa.

Sarla, Gadis berusia 13 tahun dari Jombang Jawa Timur berhasil memukau para juri dengan penampilannya, ada yang berbeda pada penampilan peserta yang satu ini,  setelah dia mencoba untuk menunjukan suara khas nya dengan menyanyikan lagu memory dari Cats, setelah itu dia menyanyikan lagu bertema Qosidah berjudul Assalamu'alaik Maher Zain.
Tidak bisa dipungkiri,  tema yang diambil oleh Sarla menuai pujian oleh banyak netizen,  bahkan, Agnes Monica sampai terpukau dengan suara peserta ini

Seperti berdasarkam vidio yang diunggah oleh channel The Voice Kids Indonesia, Agnes mengomentari stabil suara yang dimiliki oleh Sarla.  Suatu hal yang unik menyanyikan lagu qosidah diacara yang bergengsi seperti ini,  bahkan, apa yang dilakukan oleh sarla ini, di repost ulang oleh penyanyi aslinya,  Maher Zain di Instagram pribadinya, Masyaallah may allah bless you, Sarla tulis di captionnya.
Kemudian, akun instagram, fiz_faizah juga mengatakan alhamdulillah masih ada kontestan di negeri yang menyukai salawat.
Sungguh,  pengalaman yang unik,  untuk mendapatkan apresiasi.

Sumber: https://www.instagram.com/p/Bawy0tyn4pS/
https://www.instagram.com/p/Ba5UQHRl60Q/





Minggu, 29 Oktober 2017

Isyarat Kerinduan

Deburan ombak melintas melawati kakiku
Angin sepoi menyambut
Rasanya, ada sesuatu yang tersampaikan
Dengan apik,  isyarat datang

Aku berfikir
Apa ini tanda rasa rindu? 
Dari kekasih jauh nan disana

Gemericik suara air
Burung burung berkicau
Seakan menggambarkan hati
Yang sama denganmu, kasih

Mungkin, kita sama merindu
Jarak menjadi penyebab
Sebuah perasaan menumpuk
Risau,  ingin segera bertemu. 

Sabtu, 28 Oktober 2017

Niat Kata "Pribumi'?

    Sudahkah mendengar atau membaca kata " Pribumi" pada pidato Anies Baswedan saat pelantikan kali pertama?

    Satu kata dengan berjuta makna, hal yang sering menjadi topik perdebatan pada semua kalangan. Memiliki jabatan memang lebih sensitif untuk berbicara apapun. Selayaknya ini, hanya satu kata namun bersifat sensitif. Apa maksud pribumi bagi Anies?
 

    Mungkin, banyak pula yang berpendapat, hanya seseorang yang berbicara yang mengerti makna dari apa yang dikatakannya. Lalu apa maksud Pribumi bagi Anies, n
iat kata "Pribumi" tidak ada yang mengetahui, apa memang memakai kata ini untuk memperhatikan konteks penggunaan di masalalu atau sungguh mengucapkan untuk di era sekarang?

    Sedikit mengingat kembali, pada kasus yang sempat hampir memecah belah negara ini. Kasus yang membuat banyak orang menuntut suara untuk membuat keadilan pada beberapa kata. Padahal, sudah dijelaskan, apa yang dimaksud, sudah mengetahui alasan menggunakan beberapa kata, tetapi akhirnya? 

     Berbedakah dengan kasus sekarang? 

    Mungkin beda cerita jika yang menggunakan kata "pribumi" adalah masyarakat biasa, mungkin tidak akan seheboh ini. 

    Beberapa warganet berpendat seharusnya kata ini tidak terucap oleh Gubenur DKI yang baru, ucapan itu tidak layak, mengapa tidak menggunakan kata "Warga Negara Indonesia" meskipun itu konteks nya ditunjukan untuk masalalu karena tidak bijak dan menimbulkan perpecahan. Namun ada pula yang berpendapat menggunakan kata "Pribumi" terhadap pidato Anies itu tidak masalah, tidak perlu ada yang diperdebatkan, sudah jelas menggunakan kata itu untuk memperingatkan kembali kejadihan sejarah penjajahan dan harus diperingati karena warga Jakarta yang lebih  merasakan dari dekat, tidak ada maksud lain. 

     Seperti yang dilansir oleh Kompas.com tentang warga yang menamai dirinya "Komunitas Anak Bangsa" demo di Balaikota pada 23/10/2017. Salah satu Koordinator, Andreas Rehiary mengatakan tentang pidato Anies yang membedakan antara Pribumi dan non Pribumi seharusmya tidak mengatakan yang dapat menyinggung, meskipun sudah minta maaf, hukum tetap berjalan. 

    Tidak hanya menjadi buah bibir saja, kata yang terucap oleh Gubernur DKI, Anies Baswedan juga sudah dilaporkan oleh beberapa pihak kepada Bareskrim Polri. Sebenarnya apa maksud pribumi bagi Anies, dan yang terjadi pada kata yang telah disampaikan Anies, lalu apa tujuan sampai dibawa kepada rana hukum, apakah ada unsur poitik balas dendam dengan kejadian yang terjadi waktu dulu, kasus yang sama " masalah ucapan dengan maksud yang berbeda".  Sekali lagi apa maksud pribumi bagi Anies. 
Entahlah. 

    
   


     

    


   


Opini Tentang Contoh dari Jurnalistik Sastra

Opini tentang contoh dari Jurnalistik Sastra
·       Sebuah kegilaan di simpang Kraft (Karya Cik Rini)
Karya jurnalistik sastra yang berjudul  Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft karya Cik Rini memiliki alur yang luar biasa. Cik Rini mampu membuat pembaca dapat membayangkan kejadian terjadi. Ia bisa juga membuat karakter penokohannya sangat detail. Menceritakan kronologi secara beruntun dan menjelaskan motif penyebab kejadian dengan terperinci.
Cerita ini menggunakan deskipsi untuk membuat pembaca terbawa emosi. Konflik serta sifat penokohan sangat berperan pada karya ini. Sedikit contoh untuk cerita yang Saya ingat salah satu wartawan RCTI sedang meliput kejadian saling bankuhantam antara TNI dan masyarakat salah satu di daerah aceh karena salah satu anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM)  menyembunyikan salah satu anggota dari TNI sehingga membuat marah dan meminta untuk dibebasakan.
Selain itu GAM juga membuat berita tidak benar dan memengaruhi masyarakat untuk berhati hati pada TNI karena akan menghancurkan daerah. Mayarakat terpengaruh dan semacam berdemo menuju tempat pos di TNI yang berada di kawasan Simpang Kraft. TNI sudah member peringatan untuk membubarkan massa tetapi masyarakat tetap bersikukuh untuk beradadi depan pos. TNI menyerang dan seperti membabibuta menyerang mereka. Peperangan tidak bisa tertahan lagi. Banyak korban yang terjatuh atas kejadian ini. Para wanita dan anak kecil cenderung menjadi korban dari tembakan TNI.
Sebelum kejadian terjadi  salah satu wartawan RCTI meminta air minum dari anak keil yang ikut berdemo. Wartawan RCTI terperengah kaget saat Ia menemukan anak kecil yang member dia minum sudah menjadi korban dengan tembakan di kepala sebelah kiri dan membuat kepalanya menjadi berlubang. Wartawan RCTI merasa kasihan dan trauma atas kejadian tersebut.
Sedikit penggalan tentang karya Cik Rini yang membuat pembaca memberikan emosi dalam ceritanya. Karya jurnalistik sastra ini begitu indah secara seperti membaca novel yang menyayat hati. Ia membuat tulisan cerita layaknya drama dan fiktif padahal kejadian ini memang terjadi. Ia juga memadukan antara fakta dengan tulisan sastra. Karya yang luarbiasa.

·        Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan (Karya Alfian Hamzah)
Karya jurnalistik sastra yang berjudul kejarlah daku kau kusekolahkan karya Alfian Hamzah menulis dengan mengikuti prinsip jurnalisme baru scene by scene construction yakni konstruksi adegan per adegan. Ia membuat alur cerita layaknya scenario dan pergantian adegan dalam bentuk deskripsi tempat serta dialoq. Alfian memberikan perasaan nyata (percaya) kepada pembaca.
Pengarang juga memeberi gambaran suasana dan kehidupan seorang TNI yang berada di Aceh berselisih dengan GAM. Karakter berasa lebih nyata sampai Ia menceritakan gerak gerik, perilaku, postur tubuh yang membuat pembaca lebih merasakan emosi saat membacanya. Selain itu penulis juga memberi sedikit sensasi humor supaya membuat pembaca tidak begitu terlalu  tertuju pada konflik yang sedang Ia ceritakan. Alfian menulis dengan bahasa yang ringan dan terperinci. Bahasa ini membuat pembaca tidak jenuh untuk membaca  karya jurnalistik sastra yang begitu panjang. Membaca tulisan ini seperti membaca sebuah novel yang pendek dan dapat membayangkan apa yang ada pada isi tulisan atau kejadian sebenarnya.



Belum Terbalas


        Gerimis membasahi pepehonan dan tanah yang ku tempati, bahkan untuk bersembunyi pun aku harus berlari untuk mencari tempat berteduh meskipun harus berada di selokan yang kotor. Tempat tinggalku sudah menjadi bangunan yang tidak pernah aku mengerti, keras dan besar, dan sangat tinggi. Bahkan, bangunan itu telah menggusur keluargaku untuk pergi secara paksa, aku tidak mengerti mengapa bangunan itu sangat kejam kepada mahkluk layaknya aku.
        Hujan dan gelap datang bersamaan dengan air yang telah membasahi tubuhku, genangan air membuat aku harus segera keluar dan mencari tempat singgah yang lain, aku berlari sangat cepat, hingga aku tidak merasa, ada benda besar yang telah mengantam badanku dan semua menjadi gelap.
        “Ihsan… Ihsan… bangunlah, nak!”
        Aku mendengar suara ibu berkali-kali memanggil dengan nada samar samar kudengar. Suara itu seperti membuat aku masuk pada dunia masalalu, disaat semua masih baik baik saja, tanpa ada bangunan kejam yang hampir saja membunuhku.


        Suara yang sering terdengar  mulai bersenandung mengemakan semua yang hidup bersamaku disini, aku hanya tahu, bahwa suara itu, adalah pujian untuk tuhan sang maha pemberi hidup dan sering ku dengar, tubuh berbadan besar menyebutnya dengan “suara adzan”. Langit terlihat berwarna biru tua, sedangkan sang surya masih malu untuk menampakkan dirinya, suara kicauan silih berganti, menandakan waktu telah pagi, dan tugas untuk mulai mencari makan. Aku melihat semua                          Pemandangan indah seperti ini disetiap pagiku, ku panjat pohon dan duduk di ranting untuk sekadar menyapa mereka, entah mereka mengerti bahasa yang aku bicarakan atau tidak. Aku memang tinggal bersama mereka, tetapi bahasa ungkapan berbeda.
      Setelah matahari sudsh terlihat olehku, barulah aku turun dan kembali ke keluargaku, rumahku memang tidak cukup luas, hanya terbuat dari bekas bebatuan dahan dahan dan daun kering. Seperti biasa ibu sedang mencari makanan untuk aku, ayah, dan dua adikku. Biasanya aku hanya bermain kejar kejaran atau sekadar menganggu adikku saja untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu ibu yang tidak kunjung datang, sedangkan ayah hanya melihat dan menjaga aku dari jauh.
     “ Ihsan, Miko, Jira… kemarilah nak, ibu membawakan makanan untuk kalian, hari ini, kita akan makan sepuasnya ya.” Teriak ibu sambil membawa makanan
       “ Ah, ibu… aku senang sekali, mari makan bersama.”
Sesekali aku melihat ayah dan ibuku makan dengan lahap, sedangkan adik adikku mencoba merebut makanan dari ibu, mungkin makanan ini masih begitu keras bagi mereka, aku hanya tersenyum saja melihat kebersamaan ini setiap hari, aku lanjutkan makan sampai aku merasa kenyang, aku tidak sanggup untuk menghabiskannya, makanan ini cukup banyak untuk badan sepertiku,
       Setelah selesai, aku duduk dan melihat sekeliling, banyak mahkluk lainnya sedang berlarian, atau hanya duduk seperti apa yang aku lakukan. Cuaca sangat terik untuk hari ini, panas sekali, sampai aku memutuskan untuk masuk kedalam rumah.
      “ Miko dan Jira, jangan jauh jauh mainnya ya, kalau sudah mulai gelap, segera pulang.” Terdengar ibu berbicara kepada adik adiku disaat aku mulai beranjak untuk tidur.
Aku tertidur.
       “ Ayo hancurkan tempat ini, pusat pembelanjaan akan segera dibangun ditempat ini!” teriakan aneh yang tidak pernah aku mengenalnya.
      “ Tebang pohon dan kemudian rapihkan tempat ini, cepat.” Lanjutnya
Suara berisik apa, mengapa banyak bertubuh besar disini, apa yang akan mereka lakukan dengan tempat tinggalku, aku tersentak bangun setelah memikirkannya, aku ketakutan, aku segera memeluk Ibuku.
      “ Ibu ada apa ini, untuk apa mereka di tempat kita? “
      “ Ibu tidak tahu, nak yang jelas kita harus cepat pergi dari tempat ini sekarang juga,”
      “ Mengapa bu, apakah makhluk berbadan besar itu akan menghancurkan semuanya?”
      “iya!” jawabnya singkat
       Ibu meyuruh aku mengikutinya dari belakang untuk berlari sangat cepat, menghindar dari benda dan mahkluk bertubuh besar, aku  tidak melihat ayah dan adik adiku, entahlah, yang aku pikirkan adalah aku berlari mengikuti perintah ibuku.
      Aku dan ibu berhenti sebentar didaratan lebih tinggi, aku melihat tempat tinggal yang sering kunikmati berubah menjadi kobaran api dan suara berisik dari benda benda besar itu, aku tidak mengerti dimana keberadaan ayah dan adikku, aku hanya melihat ibu yang bermuram lemas melihat kejadian didepannya, ia hanya mampu menangis dan berteriak saja. Aku tidak berani bertanya dimana keberadaan keluargaku yang lainnya, karena terakhir aku mendengar ibu meminta adikku untuk pulang sebelum gelap dan ayah masih menemani ibu makan, aku tidak tahu apa yang sudah terjadi yang hanya aku tahu aku tertidur dan terbangun sudah berbeda keadaannya. Aku tidak melihat keluargaku yang lainnya.
      Ibu masih memilih bungkam dan terus melihat pada tempat tinggal kami, aku duduk dan menunggunya lebih tenang. Setelah beberapa menit, ibu mencium keningku, dan duduk disampingku.
      “ Adik dan ayahmu mungkin sudah meninggal, nak.”
 Suara lirih disertai tangisan yang tak kunjung usai, terdengar napas yang masih serasa sesak untuk memulai sebuah cerita
     “ Adikmu bermain, mereka belum pulang, ayah menyusul untuk mencari, sedangkan aku diperintahkan untuk menjagamu, aku tidak tahu, bahwa itu adalah pesan terakhir untukku, nak,”
Tangisan ibu pecah.
      Aku terdiam dan berdiri, mencoba tegar dan mencium ibu, aku memeluknya dengan erat, aku masih tidak tahu dengan apa yang aku hadapi saat ini, semua masih membingungkan untuk seusia aku, mungkin saat ini hanya tersisa dendam dan amarah untuk benda dan makhluk bertubuh besar itu, apa salah keluargaku? Apa salah teman temanku? Apa salah tempat tinggalku? Hingga mereka datang dan menghancurkan semua yang sudah aku miliki, aku tidak pernah menganggu mereka, bahkan aku tidak tahu siapa mereka? Mengapa mereka begitu kejam? Apa yang mereka inginkan, mengapa mereka membunuh ayah dan adikku? Apa yang diinginkan? Kulit cantik apa? Untuk apa?
     Rasanya ingin aku melawan mereka, aku ingin berlari dan menghentikan mereka, menanyakan semua pertanyaan dari makhluk seperti aku. Tetapi ibu mencegahku, ia hanya memberitahu untuk menerima nasib yang sudah diberikan tuhan pada makhluk seperti aku.
      Ibu berdiri dan member isyarat untuk pergi dari tempat ini. Tempat yang baru, tidak ada tempat berlindung dan senyaman di tempatku seblumnya, tidak ada lagi pagi yang sering aku lihat, tidak ada lagi candaan dari keluargaku. Semua sudah musnah.
      Sampai pada keadaan yang ingin membunuhku, aku mengingat semuanya. Benda besar dan keras yang sudah menghantamku pergi begitu saja, aku melihatnya sebelum aku benar benar menutup mata dalam kegelapan.
      Hujan sudah membasahi tubuhku, aku terbangun, aku melihat ibu sudah mencium dan mencoba menggangkat tubuh bahkan tidak bisa kurasakan, aku hanya melihat ibuku menangis melihat keadaanku, aku tidak bisa bergerak untuk berdiri dan memeluknya, tubuhku terasa kaku, aku hanya bisa menciumnya saat ia menundukkan kepala untuk menggangkat tubuhku.
       “Ibu.” Hanya suara itu yang aku bisa katakan padanya
       “ Benda apa tadi yang melemparku, dan siapa yang menghancurkan tempat tinggal kita, Aku hanya sebagian dari makhluk tuhan untuk diberi kesempatan hidup didunianya, namun Mengapa mereka begitu kejam kepada harimau seperti kita bu, sampai mereka merenggut nyawaku juga bu?” 
      Pertanyaanku dengan terbata bata, mencoba mengumpulkan nafas untuk mendengar jawaban yang mungkin akan menjadi terakhirnya untuk bertemu dengannya.
      “ Benda yang engkau maksud adalah sebuah benda yang dimiliki oleh mahkluk bertubuh besar nak, benda yang menghantamu bernama mobil, dan mahkluk bertubuh besar yang sering kamu lihat itu adalah manusia.”
      Aku tersontak kaget, banyak pertanyaan yang ingin ku ajukan padanya, hanya saja aku merasa tidak bisa bertahan lebih lama lagi, hujan begitu deras membersihkan darah yang keluar banyak dari dalam tubuhku, mungkin ini saatnya aku pergi, aku akan meninggalakan ibu sendiri, aku menyesal, aku belum bisa membalas perlakuan manusia kepada keluargaku, aku hanya berdoa dan meminta keadilan pada mahkluk seperti ku kepada Tuhan. Kegelapan mulai datang, aku hanya mendengar ibu menangis memanggil namaku, dan setelah itu semua benar benar gelap

Qosidah di The Voice Kids Indonesia

Suara indah adalah dambaan banyak orang untuk dimiliki.  Berbagai ajang kompetisi banyak bertujuan untuk mencari bakat ini. Salah satu ad...